SUNAN KALIJAGA WAFAT
(pupuh LXIII.01 - LXIII.09)
Di Pakungwati Sunan Kalijaga tinggal di Dalem Agung. Tak lama kemudian diceritakan bahwa Sunan Kalijaga menderita sakit kepala, sejak itu Sunan dijaga oleh dua orang santri yang bernama Ki Memek dan Ki Cengal. Waktu itu Panembahan tidak mau menempati Dalem Agung, dan dia membangun tempat tinggal lain yang halamannya hampir menjadi satu dengan Dalem Agung. Sesuai dengan keinginan Panembahan, di sekelilingnya dibangun tembok. Rancangan tembok itu persegi sama lebarnya, sama dengan Gedeng Kiring kecuali ke arah timurnya mengikuti pesisir, ke selatan hingga di Kasuneyan. Ini berbeda dengan keadaan dahulu pada jamannya Sinuhun Jati, hal mana karena Sinuhun Jati selamanya tak pernah mencurigai musuh, malahan musuhnya lah yang ketakutan sendiri .
Dikisahkan bahwa sakitnya Sunan Kalijaga menjadi semakin parah, dan tidak lama kemudian beliau wafat. Kedua punakawan yang bertugas menjaganya segera memberitahukan kepada Panembahan, "Paduka tuan, hamba memberitahukan bahwa buyut Paduka Tuan telah wafat". Mendengar berita itu Panembahan Ratu segera datang untuk menyempurnakan jenazahnya. Akan tetapi ketika Panembahan tiba, dia tidak dapat menemukannya lagi, yang tinggal hanya kain penutupnya saja. Oleh karena itu maka yang dikuburkan pun hanya kain penutup itu saja sebagai gantinya. Dikuburkannya di sebelah timur dari mihrabnya Mesjid Agung Carbon. Setelah selesai penguburan di mesjid itu, lalu tembok pagar mihrab mesjid itu ditambah, sehingga yang mencuat seperti bentuk jantung pisang menjadi tengahnya mihrab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar