Jumat, 18 November 2011

NASKAH MERTASINGA: SUMPAH ARYA KUNINGAN ( II )

ARYA KUNINGAN GAGAL MENYERBU DERMAYU 
(pupuh XLIII.15 - XLIV.11)
Dikisahkan bahwa keinginan berperang Arya Kuningan masih terus berlanjut. Arya Kuningan masih belum puas karena kekalahannya dalam perang tanding. Dengan Arya Pandelegan dia datang lagi menghadap Sinuhun dan berkata, "Mohon maaf Gusti Sinuhun, hamba mohon izin untuk menundukkan Dermayu (Indramayu) itu. Sampai saat ini mereka belum menunjukkan tanda-tanda untuk tunduk kepada agama Rasul". Permintaan tersebut dijawab oleh Sinuhun, "Besar betul keinginanmu untuk berperang Arya Kuningan, baiklah pergilah sesuai dengan keinginanmu. Namun berhati-hatilah, janganlah engkau terlampau memperturutkan keinginan hatimu itu".
Maka Pangeran Kuningan pun sangat gembira hatinya, dan segera mohon pamit dari hadapan Sinuhun. Dia mempersiapkan pasukan beserta persenjataannya. Pangeran Kuningan dengan menunggang kuda yang bernama Sawindu, berkeliling memeriksa pasukannya. Barisan di depan membawa bendera merah bertuliskan nama Nabi yang ditulis dengan huruf emas. Pasukannya sudah berjalan jauh dan hampir tiba di Dermayu.

Dikisahkan Arya Kiban yang telah menghilang itu, masih juga berkeinginan untuk mengganggu Arya Kuningan. Begitulah Arya Kiban merubah dirinya menjadi Kidang Kencana, berdiri menghadang di tengah jalanan hingga terlihat oleh Pangeran Kuningan. Ketika tampak ada kijang berdiri di tengah jalan, maka kuda Sawindu segera lari mengejarnya hingga melampaui barisan. Dengan cepat kuda itu memburu sehingga bala tentara Arya Kuningan tertinggal di belakang dan menjadi kacau balau kehilangan pemimpinnya yang telah jauh meninggalkan mereka. Arya Kuningan dengan semangat memburu kijang itu hingga lupa daratan. Arya Kuningan berkata, "Engkau kijang, tak mungkin aku akan gagal menangkapmu, walaupun engkau masuk lubang semut sekalipun aku pasti akan menemukanmu. Karena memburu kijang itu adalah memang keahlianku".
Kijang itu berlari terus hingga akhirnya melompat kedalam sebuah sungai besar, dan kuda Sawindu pun ikut melompat ke dalam air menubruk ke tempat dimana kijang itu tadi terjun. Akan tetapi kijang itu menghilang tak tentu rimbanya. Arya Kuningan terlempar dari kudanya dan dengan susah payah dia berusaha menepi, sedangkan kudanya dengan menjerit-jerit akhirnya berhasil naik ke daratan. Kijang itu kemudian merubah dirinya menjadi banjir besar sehingga Arya Kuningan terbawa hanyut ke tengah laut. Hampir saja Arya Kuningan menemui ajalnya, sudah hampir dua hari dia terombang ambing di tengah laut. Pada waktu tengah hari, di tengah laut itu datang seorang nelayan yang sangat tinggi ilmunya. Nelayan itu kemudian mengangkat Arya Kuningan naik ke perahunya, dan kemudian membawanya kembali ke daratan.

Arya Kuningan kemudian diangkat menjadi muridnya, resi itu berkata kepadanya, "Bilamana engkau ingin lebih digjaya, ini kuberikan minyak bertuah, adapun kemampuannya ialah bilamana kau siram minyak ini pada gabah padi, dan kemudian ditebarkan di lapangan, maka gabah itu akan berubah menjadi bala-tentara yang banyak sekali". Arya Kuningan menerima pemberian resi itu yang tersimpan di dalam sebuah cupu. Selanjutnya resi itu berkata, "Juga akan kuberikan sebuah Jala yang sangat sakti, yang bernama Jala Sutra Kamandin. Gunanya ialah bilamana ada orang yang mengunggulimu, maka tebarkan Jala Sutra ini. Pasti jala ini akan dapat meringkus orang tersebut tanpa membahayakannya". Setelah Arya Kuningan menerima pemberian itu, resi itu pun kemudian menghilang dari penglihatannya, meninggalkan Arya Kuningan seorang diri.

SUMPAH ARYA KUNINGAN 
(pupuh XLV.01 - XLV.09)
Tidak lama kemudian lalu Arya Kuningan bertemu kembali dengan bala-tentaranya. Mereka semua mohon ampun karena tidak dapat menolongnya dan menyatakan lagi sumpah setianya. Arya Kuningan memaafkan para pengikutnya itu, lalu Arya Kuningan mengucapkan sumpah di depan para sentana mantri, beserta para tetua dan bala-tentaranya. Mereka semua harus ingat sumpahnya yaitu, "Jangan sampai ada anak cucuku kelak yang berburu Kijang, atau memakan dagingnya atau memakai kulitnya, termasuk tulang belulangnya. Ingatlah itu semuanya".

Setelah Pangeran Kuningan bersumpah demikian, kemudian  dari langit turun Jala Sutra Kencana dan tergantung di lengan kirinya. Kemudian terdengar suara yang memberikan peringatan kepadanya, "He Arya Kuningan, dengan Jala Pupuh Banyu itu, tak ada musuh yang akan kuat melawannya. Akan tetapi kelak jala itu akan musnah kembali", demikian terdengar suara itu. Arya Kuningan pun sudah menerima pemberian pusaka  itu. Arya Kuningan kemudian bermaksud hendak menyelesaikan tujuannya semula, yaitu menyerang Dermayu. Maka Pangeran Kuningan beserta bala tentaranya melanjutkan perjalanannya. Akan tetapi barisan tersebut seperti kehilangan arah. Mereka berjalan dengan kebingungan, mereka berputar-putar dari lohor hingga magrib. Hingga malam hari mereka masih tidak tahu arah dan semuanya berjalan dengan penuh kebingungan. Kemudian salah seorang perwiranya menghadap kepadanya dan berkata, "Barangkali ini adalah pertanda bahwa jika kita lanjutkan perjalanan ini maka tuan akan menemui mara bahaya seperti yang baru terjadi itu. Demikian pendapat hamba orang yang bodoh dan bingung, mudah-mudahan Pangeran bersedia untuk pulang saja".  Arya Kuningan menjawab, "Apakah kita tidak akan malu, kita telah pamit untuk berperang, akan tetapi sekarang kita kembali pulang dengan kegagalan". Salah seorang dari lurahnya menjawab, "Permohonan hamba, lebih baik kita pulang saja dahulu, dari pada kita sekarang kebingungan di tengah hutan. Maksud tujuan tuan ke Dermayu  sekarang ini sepertinya tidak memperoleh jalan. Barangkali kita harus pulang dahulu untuk memperoleh pertolongan Sinuhun Jati". Pangeran Kuningan terdiam sambil berpikir, kemudian dia berkata, "Betul katamu, baiklah aku akan mengikuti usulmu itu". Kemudian mereka semuanya pulang kembali ke Carbon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar