Selasa, 16 Agustus 2011

NASKAH MERTASINGA - MESJID AGUNG CIREBON TERBAKAR

MESJID AGUNG CARBON TERBAKAR 

(pupuh LXIX.09 - LXIX.18)
Diceritakan kemudian, ada lagi masalah yang dihadapi Panembahan Ratu. Konon lamanya percobaan-percobaan yang dihadapinya itu selama empat puluh delapan tahun, merupakan percobaannya bagi orang fakir. Mesjid Agung Carbon terbakar, atapnya dimakan api yang datang dari arah selatan. Melihat itu orang kaum gempar semua, mereka datang berebut mengambil air.
Ki Lebe Dul Iman sibuk mendorong-dorong kayu yang terbakar dengan galahnya. Merbot Hamjan bersama Ki Modin menaburkan debu dan mengerahkan orang-orang yang membawa air. Modin Yusup dan para pembantunya menaburkan tanah untuk mematikan api. Lalu berdatangan para Lebe (kepala desa) dari pedesaan, mereka datang untuk membantu memadamkan api. Di tengah kesibukan itu tiba-tiba pataka (puncak masjid)-nya melesat ke atas menembus asap hitam yang membumbung ke angkasa, dan akhirnya jatuh di Banten. Peristiwa ini sebagai isyarat bagi Banten, bahwa bertahtanya Sultan di Banten itu akan tumpas.
Akhirnya api pun dapat dipadamkan, yang terbakar ialah pataka beserta atapnya yang bersusun tiga. Orang Carbon amat susah hatinya, maka kemudian atas kehendak Gusti Pakungwati dikumpulkan para buyut, sesepuh dan semua juru kunci. Tujuan pertemuan itu ialah untuk meminta urun rembuknya atas keinginan Panembahan untuk segera memperbaiki Mesjid Agung itu. Dalam pertemuan itu diusulkan untuk mengganti atap yang terbakar itu dengan atap berbentuk limasan (bentuk atap rumah), jadi tidak dibangun lancip seperti dahulu lagi karena keadaannya sudah berbeda dengan jamannya wali dahulu. Panembahan menyetujui usul itu dan juga bangunannya ditambah dengan emper di sekitarnya sebagai serambinya.
Pintunya ditambah bata mulus yaitu bata putih yang dibentuk indah, dan lagi di tempat imam dibentuk bunga Tanjung diatas telaga beserta bentuk jantung pisang yang tersembul dengan indahnya. Sangkala (angka tahun) mesjid itu ialah: Mungal mangil mungup singgih. Atap mesjid itu telah dibangun kembali dengan indahnya, sebagai tanda atas jasanya para leluhur, yaitu para Walisanga kepada anak cucu Carbon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar