NASKAH MERTASINGA - KATA PENGANTAR
Kata Pengantar dari Sultan Sepuh Kasepuhan,
P.R.A. Dr.H.Maulana Pakuningrat S.H.
Kata Pengantar dari Dr.Uka Tjandrasasmita,
Ahli Sejarah.
Setelah saya pelajari isi naskah yang sudah dialih aksarakan dan dialih bahasakan ini dan saya perbandingkan dengan isi salah satu naskah koleksi Dr. J.L.A.Brandes yang berjudul Babad Tjerbon dengan ulasan isinya serta catatannya, yang kemudian diterbitkan dengan pengantar disertai teks-nya oleh Dr. D.A. Rinkes dalam VBG LIX, 1911, maka naskah yang disebut sdr.Amman N.Wahyu: Sajarah Wali ternyata isinya lebih luas dan masa kesejarahan yang diuraikan lebih kemudian yaitu sampai sekitar akhir abad 19 M., masa wafatnya Sultan Kasepuhan, Sultan Syamsuddin dan penggantinya.
Kata Pengantar dari Sultan Sepuh Kasepuhan,
P.R.A. Dr.H.Maulana Pakuningrat S.H.
Kata Pengantar dari Dr.Uka Tjandrasasmita,
Ahli Sejarah.
Setelah saya pelajari isi naskah yang sudah dialih aksarakan dan dialih bahasakan ini dan saya perbandingkan dengan isi salah satu naskah koleksi Dr. J.L.A.Brandes yang berjudul Babad Tjerbon dengan ulasan isinya serta catatannya, yang kemudian diterbitkan dengan pengantar disertai teks-nya oleh Dr. D.A. Rinkes dalam VBG LIX, 1911, maka naskah yang disebut sdr.
Yang menarik dalam naskah ini ialah mengenai ajaran-ajaran sufisme dan tarekat yang dipelajari oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati disamping juga dicantumkannya silsilah para Wali Sanga. Demikian pula apabila dalam “Babad Tjerbon” koleksi Dr. J.L.A. Brandes tidak diceritakan masalah pemberontakan Bagus Rangin, dan Bagus Serit, maka dalam naskah “Sajarah Wali” dapat kita baca.
Masih banyak lagi peristiwa-peristiwa yang diuraikan dalam naskah “Sajarah Wali” yang dapat kita bandingkan dengan babad-babad lainnya seperti dalam naskah “Purwaka Caruban Nagari” susunan Pangeran Arya Cerbon tahun 1720, “Negarakertabhumi” susunan Pangeran Wangsakerta yang telah diterbitkan oleh Drs. Atja, Dr. Edy S. Ekajati, Dr. Ayat Rohaedi. Demikian pula dengan naskah-naskah “Sajarah Banten” dan lainnya yang pernah diteliti dan menjadi disertasi Dr. R.A. Hoesein Djajadiningrat di Universiteit Leiden tahun 1913.
Dr. Uka Tjandrasasmita.
Kata Pengantar dari penterjemah:
Naskah ini adalah alih bahasa dari sebuah babad, dimana sebagaimana kita ketahui bahwa sebagai sebuah babad peristiwa yang diceriterakan di dalamnya tidak sepenuhnya bernilai sejarah. Dalam "Ensiklopedi Indonesia" (vol.I:342), dikatakan bahwa "Babad adalah riwayat yang merupakan campuran antara sejarah, mitos dan kepercayaan. Tidak seperti sejarah yang disusun berdasarkan bukti-bukti sejarah, di dalam babad terdapat banyak unsur irasional. Unsur magis dalam babad ini besar, hal mana dilakukan dalam rangka mengagungkan raja dan wangsa (dinasti)nya".
Seperti yang kita lihat dalam babad ini, cerita disusun dalam bentuk seni-sastra, dimana untuk memenuhi kaidah-kaidah atau syarat-syarat seni-sastra tersebut si penulis tidak mustahil "terpaksa" harus memasukan kalimat ataupun peristiwa rekaan. Oleh karena sifatnya itulah maka dikatakan bahwa karya sastra perlu ditelaah sebelum dapat dipergunakan sebagai sumber sejarah. Selanjutnya para ahli sejarah mengatakan bahwa pada masa lalu dapat dikatakan di Indonesia tidak ada naskah sejarah, dalam arti naskah yang ditulis dengan tujuan catatan sejarah atau dokumen seperti yang dituntut para pakar sejarah dewasa ini (PSN:108).
Kalau kita perhatikan alur penuturan babad ini, kita lihat bahwa pokok penuturannya tidak terlampau menyimpang dari catatan peristiwa sejarah yang kita kenal. Untuk itu dimana perlu kami berikan catatan kaki mengenai kaitannya dengan apa-apa yang ditulis dalam buku sejarah yang menyangkut peristiwa yang diceriterakan dalam babad ini. Akan tetapi terlepas dari masalah bahwa kita harus memilah-milah mana yang data sejarah dan mana yang bukan, mana yang rasionil dan mana yang tidak dalam babad ini, kami merasakan keindahan dari cerita yang disuguhkan oleh penulis babad ini. Oleh karena itu kami harapkan bahwa pembaca pun dapat mengikutinya secara seutuhnya, sebagai sebuah babad yang ditembangkan oleh para pembawa cerita dari generasi ke generasi.
Amman N. Wahju
minta alamat nya, saya pengen bli buku nya...???
BalasHapussaya juga
Hapus