Selasa, 16 Agustus 2011

NASKAH MERTASINGA – FALATEHAN TUBAGUS PASE DAN RAJA-RAJA CIREBON ( I )

Nama Fatahillah atau Falatehan tidak terlepas dari sejarah kota Jakarta dan perlawanan bangsa ini melawan Portugis. Sejarah mencatat prestasinya merebut Sunda Kelapa dan menglahkan Portugis pada tahun 1527 dan memberikan nama baru Jayakarta atau kota kemenangan.
Sebelumnya nama Falatehan diidentikan dengan Sunan Gunung Jati, namun kemudian dengan diketemukannya bukti-bukti baru diakui bahwa dua nama ini adalah nama dari dua orang yang berbeda. Dalam naskah ini tidak tercantum nama Fatahillah atau Fallatehan namun dari jalannya kisah kita dapat mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud adalah tokoh dalam naskah ini yang disebut Tubagus Pase. Dalam naskah ini juga tidak dikisahkan mengenai peperangan-peperangnnya melawan penjajah, namun lebih kepada kekerabatannya dengan keluarga raja-raja Demak  dan Cirebon.

KEDATANGAN TUBAGUS PASE DI CARBON 
(pupuh LIV.08 - LIV.15)
Dikisahkan ada seseorang yang datang dari seberang, yang bernama Tubagus Pase [Pasai, sebuah kerajaan Islam di Aceh ]. Dia datang membawa bala tentara sebanyak empat puluh orang sebagai pengawalnya. Semula kedatangannya dengan maksud ingin mencoba ilmunya orang Jawa dan dia ingin tahu bagaimana pangamalan agama Islam di Carbon. Akan tetapi dengan keramatnya Sinuhun, setibanya orang seberang itu di hadapan Sinuhun Jati hilang musnah keangkuhannya. Dia datang kehadapan Sinuhun Jati dengan rendah hati dan dengan menundukan wajahnya
Dalam pertemuan ini dia melihat Ratu Ayu Dewi, yang telah menggerakan hatinya. Sinuhun mengetahui apa yang terjadi maka kemudian putrinya dipanggilnya. Semula Ratu Ayu Dewi menolak kehendak ayahandanya itu, akan tetapi setelah lama dibujuk akhirnya dia menyetujuinya. Lalu Sinuhun berkata kepada Tubagus, "He anak dari seberang, akan kuberikan anakku yang bernama Ratu Ayu Dewi, untuk menjadi istrimu dengan mas-kawinnya anak dari yang telah mati syahid itu". [Dalam bab sebelumnya telah dikisahkan mengenai Ratu Ayu Dewi sebagai janda dari Sunan Demak II – Pangeran Sabrang Lor].
Tubagus menyetujuinya dan berkata, "Ayahanda, hamba setuju nikahnya sang puteri dengan mas kawin seperti apa yang telah disebutkan yakni memperoleh anak yang ditinggal mati syahid". Dengan disaksikan oleh para Aulia, pernikahan Tubagus berlangsung sudah. Tidak diceritakan lamanya, kemudian mereka mempunyai anak perempuan yang amat cantik yang diberi nama Ratu Ayu Wanawati. Anak yang amat dikasihi oleh ayahandanya, Tubagus Pase. Bilamana Tubagus Pase pergi berlayar menengok sanak keluarganya, maka dari tanah seberang Tubagus Pase pulangnya diiringi oleh burung dari tanah Pasai, yaitu Burung Pasai, yang  konon di tanah Jawa masih serumpun dengan burung Kokok Beluk [Burung Hantu, burung Elang malam, keluarga Strigiformes].

ANAK KETURUNAN TUBAGUS PASE DARI RATU AYU WANGURAN
 (pupuh XXXV.20 - XXXV.23)
Begitulah dikisahkan anak Sinuhun Jati yang bernama Ratu Ayu Wanguran, istri almarhum Sultan Demak (II) berada kembali di Carbon dengan membawa warisan berupa Gamelan Sokati, itulah asal mulanya keberadaan gamelan tersebut di Carbon. Pada suatu ketika ada seorang pendatang dari negara Pasai yang bernama Tubagus, yang konon menurut ceritera darahnya berwarna putih. Dia kemudian diangkat mantu oleh Sinuhun dengan putrinya yang telah menjadi janda dari Sultan Demak itu. Setelah berkumpul para wali, segera dilangsungkan pernikahan anaknya dengan Tubagus Pasai. Dikisahkan kemudian Tubagus Pase dengan Ratu Ayu mempunyai anak lima  orang yaitu :
1.       Anak sulung, perempuan yang bernama Ratu Wanawati, yang kemudian menikah dengan saudara misannya bernama Pangeran Dipati. Kelak mempunyai anak yang bergelar Panembahan Ratu, Panembahan yang waktu mudanya bernama Pangeran Agung.
     2.      Ratu Nyawa.
     3.      Pangeran Agung.
     4.      Ratu Sewu.
     5.      Ratu Agung.

Catatan:
Tubagus Pase, atau yang kemudian dikenal sebagai Falatehan atau Fatahillah, pernikahannya dengan anak Sunan Gunung Jati, Ratu Ayu Wanguran, janda Sultan Demak (II) menjadikannya ‘ipar’ dari Sultan Demak (III) sebagaimana disebutkan dalam catatan-catatan  Portugis. Sebagaimana juga disebutkan dalam catatan Portugis, dia pun menjadi penguasa Carbon ketika mewakili cucunya sebelum menginjak dewasa. Keturunan dari Tubagus Pase dengan Ratu Ayu Wanguran ini lah yang menurunkan raja-raja Carbon selanjutnya. (bersambung).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar